TUJUAN PUASA
Oleh: Taufikurrahman
Ibadah puasa telah lama dikenal oleh umat manusia, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183;
يا ايّهَا الذين امنوا كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِيَامُ كما كُتِبَ على الذ ينَ من قَبْلِكُمْ لعلكُمْ تَتّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwaibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ayat di atas menjelaskan bahwa puasa telah diperintahkan kepada umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad Saw. yang merupakan kelanjutan dari ajaran para nabi Islam sebelum Nabi Muhammad Saw. Ada yang berpendapat bahwa diungkapkannya puasa itu telah dikerjakan oleh ummat-umat terdahulu memberikan motivasi kepada kita bahwa puasa tidak berat dan mudah dilaksanakan.
Ibadah puasa merupakan sarana pelatihan ruhaniah bagi orang beriman agar dapat melepaskan diri dari belenggu menyembah kepada selain Allah dan mampu menemukan harkat kemanusiaan sebagai makhluk Allah yang terbaik.
Pada ujung ayat surat al-Baqarah 183 disebutkan tujuan ibadah puasa agar setiap orang yang mengerjakannya memperoleh derajat ketakwaan, yaitu yang dapat mewujudkan kesadaran diri bahwa Allah selalu bersama kita, mengawasi dan melihat semua perbuatan kita. Karena itu puasa yang dikerjakan memberikan pelatihan akan sikap arif, yaitu jujur pada diri sendiri, karena merasakan selalu diawasi oleh Allah. Meski berada di tempat sepi tak ada seorangpun yang melihat, berbagai makanan yang sudah tersedia, kondisi perut lapar dan haus tidak akan menyantap makanan dan minuman tersebut.
Kondisi seperti di atas, bila dibawa kepada dunia kepemimpinan akan melahirkan integritas pemimpin sejati. Karena seorang pemimpin akan tetap bekerja meskipun tidak ada yang melihatnya. Kita semua adalah pemimpin, dan semua pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pemimpin yang terendah adalah pemimpin di dalam keluarga.
Karena itu selama bulan Ramadan ini kita berlomba untuk berlatih berbuat baik sebanyak-banyaknya sejak dari bangun tidur sampai tidur kembali dengan membicarakan hal-hal yang positif dan menjauhi hal-hal yang bersifat negatif dan membuang jauh sifat kebencian.dan buruk sangka. Firman Allah;
يا ايها الذين امنوا اجتنبوا كثيرا من الظن ان بعد الظن اثم ولا تجسسوا ولايغتب بعضكم بغضا
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. (Al-Hujurat 12).
Ibadah puasa sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Baqarah ayat 183, bertujuan mencapai derajat takwa, yakni lahirnya kesadaran diri bahwa Allah selalu hadir bersama kita, mengawasi dan melihat semua perbuatan kita. Dan kondisi seperti itu pula membuat kita merasa dekat dengan Allah. Hal ini karena bulan ramadan selalu dianjurkan untuk mengisi dengan zikir, qiyamul lain dan I’tikaf.
Pada bulan Ramadan inilah kita mempunyai kesempatan untuk merasa diawasi oleh Allah. Ada yang memberikan perumpamaan, di bulan Ramadan ini kita seperti orang yang sedang akting di panggung dan di hadapan kita ada seorang sutradara yang tengah memperhatikan gerak gerik kita. Panggung itu adalah kehidupan kita lalui selama 24 jam dari bangun tidur di pagi hari, kemudian kita bekerja, kekantor hingga kita kembali lagi ke rumah Semua prilaku kita selama 24 jam itu dilihat dengan jelas oleh Allah..
Dengan memperbanyak amalan di bulan Ramadan, akan lahirlah kesadaran manusia akan kehadiran zat yang Maha Tinggi.
Samarinda, 2 Ramadan 1443 H.